" Ingatlah bahwa setiap hari dalam sejarah kehidupan kita ditulis dengan tinta yang tak dapat terhapus lagi " (Thomas Carlyle)

Rabu, 18 Juli 2012

Kajian Pendidikan - Mendidik Anak Mengenal Allah SWT

MI Nurul Hidayah Posted

Mendidik Anak Mengenal Allah SWT



Dari sekian banyak hal penting yang perlu orangtua ajarkan kepada anak, ada hal yang paling utama dan kita tidak boleh lalai dalam hal ini yaitu mendidik anak mengenal Allah SWT. Karena sesungguhnya anak-anak kita sebenarnya adalah titipan dari Allah SWT. Kita sebagai orangtua hanya perantara bagi anak yang bertugas dan berperan mendidik anak menjadi anak sholeh, yaitu anak yang senantiasa menjadikan Allah SWT sebagai tujuan dan Islam sebagai jalan hidupnya.
Mengapa orangtua perlu mengajarkan anak mengenal Allah SWT ? Karena dengan mengenal Allah SWT hati anak-anak kita akan senantiasa terhubung denganNya. Sehingga akan tumbuh kecintaannya kepada Allah, berserah diri kepada Allah, berharap hanya kepada Allah, bergantung hidupnya hanya kepada Allah, dan melakukan sejumlah amal perbuatan karena Allah. Mereka tidak akan mengerjakan sesuatu baik itu berkata, berbuat atau beramal kecuali yang benar, karena merasa selalu dibawah pengawasan Allah. Hal ini lebih besar pengaruhnya bagi anak dalam mengontrol tingkah lakunya, karena yang ditakutinya bukan lagi manusia, tapi Allah SWT Sang Maha penguasa yang berkuasa atas dirinya dan senantiasa melihat segala gerak geriknya yang tidak terlihat oleh manusia. Sehingga segala amal dan perbuatannya semata-mata hanya mengharap keridhoan Allah SWT. Demikianlah sebenarnya prinsip dari mendidik anak mengenal Allah SWT yaitu menanamkan kepada anak mengenai pemahaman tentang tujuan penciptaan manusia yang hakikatnya adalah untuk beribadah dan menyembah Allah SWT.
Bagaimana caranya mengajarkan anak mengenal Allah SWT ? Rasulullah Saw telah memberikan pelajaran kepada kita tentang mendidik anak agar mengenal Allah SWT dan mengingatNya baik dalam keadaan susah maupun senang melalui nasehatnya kepada Ibnu Abbas r.a, yaitu ketika ia dibonceng oleh Rasulullah. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata, “Suatu hari, aku pernah berada di belakang Nabi Saw, beliau berkata, “Hai, bocah! Aku akan mengajarkanmu beberapa kalimat; jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kau menemukan Dia di hadapanmu, jika engkau meminta maka memintalah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah. Ketahuilah! Sesungguhnya jika seluruh umat bersatu untuk memberimu manfaat dengan sesuatu, mereka tidak akan mampu melakukannya sedikit pun kecuali yang telah ditetapkan Allah padamu. Seandainya mereka bersatu untuk mencelakaimu dengan sesuatu, mereka tidak akan mampu melakukannya sedikit pun kecuali yang telah ditetapkan Allah atasmu, pena telah diangkat dan lembaran telah mengering.”
Orangtua dapat mendidik anak mengenal Allah SWT dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti oleh anak. Orangtua dapat melakukannya melalui pertanyaan, misalnya, siapakah yang memberimu tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya ? Siapakah yang menyuruh kita sholat dan berdoa ? Atau ketika anak meminta sesuatu, kita bisa berkata kepadanya : “Bantulah ayah dan ibu memenuhi permintaanmu dengan berdoa kepada Allah SWT dan perbanyaklah berbuat kebaikan.” Ketika anak melakukan kesalahan atau perbuatan yang tidak baik, orangtua dapat mengatakan kepada anaknya : “Tidakkah kamu merasa bahwa Allah melihatmu dan mengetahui apa saja yang kamu lakukan, dan Allah akan memberikan balasan pada setiap kebaikan dan kejahatan yang kamu kerjakan ?”
Dalam mendidik anak-anak kita mengenal Allah SWT hendaknya setiap orangtua bersedia mendengar dan mau menjawab pertanyaan anak dengan sabar. Seperti anak-anak saya pernah bertanya, “Ummi, dimana rumah Allah ? saya ingin ketemu Allah.” Pada kesempatan yang berbeda ia kembali bertanya, “ummi, Allah itu tidak butuh makan dan tidur, ya ?” Kita dapat menjelaskan kepada anak terhadap apa yang belum ia mengerti saat ini dengan mengatakan bahwa kelak ketika ia besar insya Allah ia akan memahami apa yang kita ucapkan.
Saya pernah mengalami sebuah peristiwa berkesan bersama anak-anak berkaitan dengan mendidik anak mengenal Allah SWT. Ketika itu malam hari, suami tidak ada dirumah, anak-anak terlihat sedih dan gelisah, maka saya menghibur dan menenangkan mereka dengan mengatakan : “Jangan khawatir Allah bersama kita dan akan selalu menjaga kita, kalau kalian takut jangan lupa berdoa.” Sungguh diluar dugaan saya, mereka menirukan doa menghilangkan rasa takut yang mereka lihat dari CD belajar berdoa bersama Raihan, lengkap dengan artinya. “Allahu Robbi, la syarikalah.” Yang artinya Ya, Allah. Tiada sekutu bagiMu. Alhamdulillah, ini pertanda mereka memahami bahwa hanya Allah lah sebaik-baik pelindung.
Demikianlah, bapak-ibu sekalian, di zaman seperti sekarang ini anak-anak kita membutuhkan penanaman nilai-nilai yang hakiki. Sebuah prinsip pegangan hidup yang kuat dan benar, yaitu menghubungkan anak-anak kita dengan Rabbul’alamin. Sehingga akan tumbuh semangat kecintaan dan keberanian membela kebenaran dan keadilan, serta menegakkan kalimatNya. Apalagi dunia saat ini dipenuhi dengan berbagai rupa permainan dan hiburan yang kosong dari nilai-nilai luhur. Jangan sampai anak-anak kita tertipu dan terlena oleh kehidupan yang berorientasi pada dunia. Mengukur segala sesuatu dari materi; kekayaan, kecantikan, jabatan dan lain sebagainya. Hanya dengan mengenal Allah SWT, anak-anak kita akan meraih kebahagiaan dan selamat dunia akhirat. Amin Ya Rabbal Alamin. ***

Kajian Pendidikan - Pendidikan Islam dalam Keluarga

MI Nurul Hidayah Posted

Pendidikan Islam dalam Keluarga


A. Pengertian Pendidikan Islam
Menurut H.M Chalib Thoha pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah dan tujuan serta teori-teori dibangun untuk melaksanakan  praktek pendidikan yang didasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam al-Quran dan hadits Nabi.[1]
Menurut Prof. Dr. Oemar Muhammad At-Toumy Al-Syaebani, pendidikan Islam diartikan sebagai usaha merubah tingkah laku individu didalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses pendidikan.[2]
B. Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sebagai  suatu proses pengembangan potensi  kreatifitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt., cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa dan negara serta agama. Proses itu sendiri sudah berlangsung sepanjang sejarah kehidupan manusia.[3]
Menurut Hasan Langgulung, tujuan pendidikan Islam adalah suatu istilah untuk mencari fadilah, kurikulum pendidikan Islam berintikan akhlak yang mulia dan mendidik jiwa manusia berkelakuan dalam hidupnya sesuai dengan sifat-sifat kemanusiaan yakni kedudukan yang mulia yang diberikan Allah SWT melebihi makhluk-makhluk lain dan dia diangkat sebagai khalifah.[4]
Senada dengan pendapat tersebut Abdurrahman An-Nahlawi berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia baik secara individual maupun secara kelompok.[5]
Selanjutnya menurut pendapat Prof. H. Abuddin Nata, MA., bahwa tujuan pendidikan Islam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan kehendak tuhan.
  2. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.
  3. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga ia tidak menyalahgunakan fungsi  kekhalifahannya.
  4. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, akhlak, dan keterampilan yang semua ini dapat digunakan guna mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.
  5. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Apabila perumusan tersebut dikaitkan dengan ayat-ayat al-Quran dan Hadits maka tujuan pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
  1. Tujuan pertama adalah menumbuhkan dan mengembangkan ketakwaan kepada Allah SWT.
  2. Tujuan pendidikan Islam adalah menumbuhkan sikap dan jiwa yang selalu beribadah kepada Allah SWT.
  3. Tujuan pendidikan Islam adalah membina dan memupuk akhlakul karimah.
C. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pendidikan Islam
Rumah keluarga muslim adalah benteng utama tempat anak-anak dibesarkan melalui pendidikan Islam. Yang dimaksud dengan keluarga muslim adalah keluarga yang mendasarkan aktivitasnya pada pembentukan keluarga yang sesuai dengan syariat Islam, menurut Abdurrahman An-Nahlawi, tujuan terpenting dari pembentukan keluarga adalah sebagai berikut:
  1. Mendirikan syariat Allah dalam segala permasalahan rumah tangga.
  2. Mewujudkan ketenteraman dan ketenangan psikologi.
  3. Mewujudkan sunnah Rasul dengan melahirkan anak-anak saleh sehingga Rasul merasa bangga dengan kehadiran kita.
  4. Memenuhi kebutuhan cinta kasih anak.
  5. Menjaga fitrah anak agar tidak melakukan peyimpangan-penyimpangan.
Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya. Oleh karena itu, harus menjaga, memelihara, dan mendidik serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerimanya. Karena manusia adalah milik Allah SWT mereka harus mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah SWT.
Dalam kaitan ini pula menurut Abdurahman An-Nahlawi orang tua pendidik berkewajiban melakukan dua langkah yaitu:
  1. Membiasakan anak untuk mengingat kebesaran dan nikmat Allah, serta semangat mencari dalil dalam mengesakan Allah SWT melalui tanda kebesaran-Nya.
  2. Membiasakan anak-anak unttuk mewaspadai penyimpangan- penyimpangan yang kerap membiasakan dampak negatif terhadap diri anak.
D. Aspek-aspek Pendidikan Islam dalam Keluarga
Sebagai realisasi tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak, ada beberapa aspek yang sangat penting untuk diperhatikan orang tua, yaitu:
  1. Pendidikan ibadah,
  2. Pokok-pokok ajaran Islam dan membaca Al-Quran,
  3. Pendidikan akhlakul karimah,dan
  4. Pendidikan akidah Islamiyah.
lihat sumbernya disini gan

Minggu, 15 Juli 2012

Kajian Pendidikan - Peranan Guru dalam Pendidikan

MI Nurul Hidayah Posted


 PERANAN GURU DALAM PENDIDIKAN

Guru di era global adalah guru yang mempunyai tugas memberikan pendidikan bermutu secara profesional. Wardiman Djojonegoro dalam konteks ini pernah menyatakan dalam makalahnya bahwa bangsa kita menyiapkan diri untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ciri SDM yang berkualitas tersebut adalah memiliki kemampuan dalam menguasai keahlian dalam suatu bidang yang berkaitan dengan iptek, mampu bekerja secara profesional dengan orientasi mutu dan keunggulan, dan dapat menghasilkan karya-karya unggul yang mampu bersaing secara global sebagai hasil dari keahlian. Sebagai tenaga pendidikan, guru professional tidak lepas dari pencitraan yang diberikan dari orang lain.
Dalam kehidupan bermasyarakat di era global ini, guru di satu sisi diharapkan lebih bermoral dan berakhlak daripada masyarakat umum tetapi di sisi lain muncul problem baru sebagai tantangan manakala guru tidak memiliki kemampuan materi untuk memiliki segala akses dan jaringan informasi seperti TV, buku-buku, majalah, Koran, dan internet untuk meningkatkan profesionalnya sekaligus memperkaya informasi mengenai perkembangan pengetahuan dan berbagai dinamika kehidupan global, sehingga sangat sulit dibayangkan guru dapat tampil lebih professional dan memiliki tanggungjawab moral profesi sebagai konsekuensinya di era global ini.
Pemerintah pun berupaya mengatasi problem tersebut dalam meningkatkan profesionalitas guru dengan mengadakan sertifikasi guru untuk meningkatkan kesejahteraanya. Perhatian pemerintah tersebut diharapkan dapat memberi solusi terhadap persoalan dunia pendidikan khususnya kepada guru untuk tetap berkomitmen meningkatkan kualitas pembelajaran dan mutu pendidikan di era global sekarang ini.
Menghadapi tantangan demikian, diperlukan guru yang benar-benar profesional. Dalam konteks ini Makagiansar menawarkan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru guna menghadapi era global yaitu:
1. Kemampuan antisipasi
Kemampuan antisipasi merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang pendidik untuk mengantisipasi dan mencegah terjadinya masalah baik dalam proses pembelajaran maupun masalah yang mungkin timbul diluar pembelajaran. Misalnya kemampuan antisipasi dapat dilakukan dengan cara guru mempersiapkan sarana prasarana dan segala sesuatunya agar tidak terjadi kendala dalam proses KBM.
2. Kemampuan mengenali dan mengatasi masalah
Seorang pendidik perlu melakukan pendekatan terhadap peserta didiknya untuk dapat mengenali dan mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh peserta didiknya baik itu yang berkaitan dengan akademi maupun non akademi. Tidak hanya berhenti pada mengenali masalah saja, namun juga dilakukan follow up pemilihan solusi dari masalah yang dihadapi siswa dan melaksanakan solusi tersebut sehingga masalah peserta didik dapat teratasi.
3. Kemampuan mengakomodasi
Seorang guru harus mampu mengakomodasi perbedaan yang terdapat pada peserta didiknya. Perbedaan disini dapat berupa kebutuhan antara satu individu dengan individu lain. Guru dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik dalam kaitannya dengan pembelajaran seperti menyediakan kebutuhan akan ilmu, dan sarana prasarana bila mampu.
4. Kemampuan melakukan reorientasi
Sikap terhadap suatu hal. Guru perlu menentukan acuan-acuan apa saja yang akan dicapai Sebagai pendidik, guru harus mampu melakukan reorientasi yaitu meninjau kembali suatu wawasan dan menetukan dan membuat peserta didiknya yakin dan termotivasi untuk mencapai tujuan tersebut.
5. Kompetensi generic (generic competences)
Kemampuan generik merupakan kemmapuan yang harus dimiliki seorang pendidik yang didalamnya mencakup strategi kognitif, dan dapat pula dikenal dengan sebutan kemampuan kunci-kunci, kemampuan inti (core skill), kemampuan essensial, dan kemampuan dasar. Kemampuan generik antara lain meliputi : keterampilan komunikasi, kerja tim, pemecah masalah, inisiatif dan usaha (initiative dan enterprise), merencanakan dan mengorganisasi, menegemen diri, keterampilan belajar dan keterampilan teknologi (Gibb dalam Rahman, 2008)
6. Keterampilan mengatur diri (managing self skills),
Mendorong diri sendiri untuk mau mengatur semua unsur kemampuan pribadi, mengendalikan kemauan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari kehidupan pribadi agar lebih sempurna. Bagaimana seseorang guru bisa menjadi seorang guru yang professional dan berbudi luhur kalau ia tidak dapat mendorong, mengatur, mengendalikan, dan mengembangkan semua sumber daya pribadinya. Oleh karena itu keterampilan mengatur diri bagi seorang guru adalah sangat mutlak diperlukan agar dapat menjalankan segala tugasnya dengan baik.
7. keterampilan berkomunikasi (communicating skills),
Keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki untuk mampu membina hubungan yang sehat dimana saja, di lingkungan sosial, sekolah, usaha dan perkantoran, di kebun atau dimana saja. Sebagian besar masalah yang timbul dalam kehidupan sosial adalah masalah komunikasi. Jika keterampilan komunikasi dimiliki maka akan sangat besar membantu meminimalisasi potensi konflik sekaligus membuka peluang sukses
8. Kemampuan mengelola orang dan tugas (ability of managing people and tasks)
Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat mengelola peserta didiknya sekaligus tugas keguruanya agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Mengelola orang dengan mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan keterampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut Stephen Covey sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Keterampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif. Dari segi tugas,guru berfungsi memberikan dorongan kepada siswa untuk dapat belajar lebih giat, dan memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan kemampuan dan perbedaan individual peserta pendidik.
9. Kemampuan mobilisasi pengembangan dan perubahan (mobilizing innovation and change).
Kemampuan mobilisasi perkembangan dan perubahan yaitu guru berfungsi melakukan kegiatan kreatif, menemukan strategi, metode, cara-cara, atau konsep-konsep yang baru dalam pengajaran agar pembelajaran bermakna dan melahirkan pendidikan yang berkualitas. Guru bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan dan guru berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta semangat kompetitif juga meruapakan hal penting bagi guru-guru yang profesional karena diharapkan mereka dapat membawa atau mengantarkan peserta didiknya mengarungi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memasuki era global yang melek ilmu pengetahuan dan teknolog, dan sangat kompetitif.
Di era global karakteristik guru harus jelas dan tegas dipertahankan antara lain adalah:
· Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang mumpuni
· Memiliki kepribadian yang kuat dan baik
· Memiliki keterampilan membangkitkan minat peserta didik dalam bidang IPTEK
Setidaknya ada empat prasyarat bagi seorang guru agar dapat bekerja professional, yaitu:
1. kemampuan guru mengolah/ menyiasati kurikulum,
2. kemampuan guru mengaitkan materi kurikulum dengan Iingkungan
3. kemampuan guru memotivasi siswa untuk belajar sendiri
4. kemampuan guru untuk mengintegrasikan berbagai mata pelajaran menjadi kesatuan konsep yang utuh (perlu adanya pembelajaran terpadu)
TUGAS GURU

Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.

Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.

Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.

Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.

Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.

Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.

Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.

Jadi nilai-nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek komunikasi. Jadi walaupun pengutaraannya berbeda namanya, oleh karena dipandang dari sudut guru dan dan sudut siswa, namun yang diberikan itu adalah nilai yang sama, maka pendidikan tenaga kependidikan pada umumnya dan guru pada khususnya sebagai pembinaan prajabatan, bertitik berat sekaligus dan sama beratnya pada tiga hal, yaitu melatih mahasiswa, calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk mampu menjadi guru atau tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam hal ini untuk mampu bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan tugas profesional. 

Selanjutnya, pembinaan prajabatan melalui pendidikan guru ini harus mampu mendidik mahasiswa calon guru atau calon tenaga kependidikan untuk menjadi manusia, person (pribadi) dan tidak hanya menjadi teachers (pengajar) atau (pendidik) educator, dan orang ini kita didik untuk menjadi manusia dalam artian menjadi makhluk yang berbudaya. Sebab kebudayaanlah yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan berbudaya, tetapi kita dapat mengatakan bahwa makhluk manusia adalah berbudaya, artinya di sini jelas kalau yang pertama yaitu training menyiapkan orang itu menjadi guru, membuatnya menjadi terpelajar, aspek yang kedua mendidiknya menjadi manusia yang berbudaya, sebab sesudah terpelajar tidak dengan sendininya orang menjadi berbudaya, sebab seorang yang dididik dengan baik tidak dengan sendininya menjadi manusia yang berbudaya. 

Memang lebih mudah membuat manusia itu berbudaya kalau ia terdidik atau terpelajar, akan tetapi orang yang terdidik dan terpelajar tidak dengan sendirinya berbudaya. Maka mengingat pendidikan ini sebagai pembinaan pra jabatan yaitu di satu pihak mempersiapkan mereka untuk menjadi guru dan di lain pihak membuat mereka menjadi manusia dalam artian manusia berbudaya, kiranya perlu dikemukakan mengapa guru itu harus menjadi rnanusia berbudaya. Oleh kanena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan; jadi pendidikan dapat berfungsi melaksanakan hakikat sebagai bagian dari kebudayaan kalau yang melaksanakannya juga berbudaya. Untuk menyiapkan guru yang juga manusia berbudaya ini tergantung 3 elemen pokok yaitu :
  1. Orang yang disiapkan menjadi guru ini melalui prajabatan (initial training) harus mampu menguasai satu atau beberapa disiplin ilmu yang akan diajarkannya di sekolah melalui jalur pendidikan, paling tidak pendidikan formal. Tidak mungkin seseorang dapat dianggap sebagai guru atau tenaga kependidikan yang baik di satu bidang pengetahuan kalau dia tidak menguasai pengetahuan itu dengan baik. Ini bukan berarti bahwa seseorang yang menguasai ilmu pengetahuan dengan baik dapat menjadi guru yang baik, oleh karena biar bagaimanapun mengajar adalah seni. Tetapi sebaliknya biar bagaimanapun mahirnya orang menguasai seni mengajar (art of teaching), selama ia tidak punya sesuatu yang akan diajarkannya tentu ia tidak akan pantas dianggap menjadi guru.
     
  2. Guru tidak hanya harus menguasai satu atau beberapa disiplin keilmuan yang harus dapat diajarkannya, ia harus juga mendapat pendidikan kebudayaan yang mendasar untuk aspek manusiawinya. Jadi di samping membiasakan mereka untuk mampu menguasai pengetahuan yang dalam, juga membantu mereka untuk dapat menguasai satu dasar kebudayaan yang kuat. Jadi bagi guru-guru juga perlu diberikan dasar pendidikan umum.
     
  3. Pendidikan terhadap guru atau tenaga kependidikan dalam dirinya seharusnya merupakan satu pengantar intelektual dan praktis kearah karir pendidikan yang dalam dirinya (secara ideal kita harus mampu melaksanakannya) meliputi pemagangan. Mengapa perlu pemagangan, karena mengajar seperti juga pekerjaan dokter adalah seni. Sehingga ada istilah yang populer di dalam masyarakat tentang dokter yang bertangan dingin dan dokter yang bertangan panas, padahal ilmu yang diberikan sama. Oleh karena mengajar dan pekerjaan dokter merupakan art (kiat), maka diperlukan pemagangan. Karena art tidak dapat diajarkan adalah teknik mengajar, teknik untuk kedokteran. Segala sesuatu yang kita anggap kiat, begitu dapat diajarkan diakalau menjadi teknik. Akan tetapi kalau kiat ini tidak dapat diajarkan bukan berarti tidak dapat dipelajari. Untuk ini orang harus aktif mempelajarinya dan mempelajari kiat ini harus melalui pemagangan dengan jalan memperhatikan orang itu berhasil dan mengapa orang lain tidak berhasil, mengapa yang satu lebih berhasil, mengapa yang lain kurang berhasil.
PERAN GURU

WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1) pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar (learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.

Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.

Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
 
Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.

Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.

Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.

Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik





Sabtu, 14 Juli 2012

Kajian Pendidikan - Pembelajaran Tematik

MI Nurul Hidayah Posted

PEMBELAJARAN TEMATIK merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dasar pertimbangan pelaksanaan pembelajaran tematik ini merujuk pada tiga landasan, yaitu: landasan filosofis, psikologis, dan yuridis.

Ditinjau dari pengertiannya, pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat seseorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Menurut Yunanto (2004:4), “Pembelajaran merupakan pendekatan belajar yang memberi ruang kepada anak untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar.”
“Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraa” Depdiknas (2007:226). Selanjutnya menurut Kunandar (2007:311), “Tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.” Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pemmbelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajatan terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka.
Pembelajaran tematik dikemas dalam suatu tema atau bisa disebut dengan istilah tematik. Pendekatan tematik ini merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran dan nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Pendekatan pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing).
Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama peserta didik dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran. Tema dalam pembelajaran tematik menjadi sentral yang harus dikembangkan. Tema tersebut diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: 1) peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama; 3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik; 5) Peserta didik lebih mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; 6) Peserta didik mampu lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain; 7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
Pembelajaran tematik mempunyai ciri khas dan karakteristik tersendiri. Adapun ciri khas pembelajaran tematik di antaranya: 1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa sekolah dasar; 2) kegiatan yang dipilih dalam pembelajaran tematik bertitik tolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi peserta didik sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui peserta didik di lingkungannya; dan 6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, misalnya: kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Penggabungan beberapa kompetensi dasar, indikator serta isi mata pelajaran dalam pembelajaran tematik akan terjadi penghematan karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan merupakan tujuan akhir. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi pelajaran secara utuh pula. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik
Menurut Kunandar (2007:315), Pembelajaran tematik mempunyai kelebihan yakni:
  1. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta didik.
  2. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
  3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
  4. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didiksesuai dengan persoalan yang dihadapi.
  5. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama
  6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
  7. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.
Selain kelebihan di atas pembelajaran tematik memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran tematik tersebut terjadi apabila dilakukan oleh guru tunggal. Misalnya seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan mateti pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.
http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/04/model-pembelajaran-tematik-kelebihan-dan-kelemahannya/

Jumat, 13 Juli 2012

Kajian Pendidikan - Pendidikan Karakter

MI Nurul Hidayah Posted


Peran Pendidikan Karakter Dalam Melengkapi Kepribadian


Pada awalnya manusia itu lahir hanya membawa “personality” atau kepribadian. Secara umum kepribadian ada 4 macam. Ada banyak teori yang menggunakan istilah yang berbeda bahkan ada yang menggunakan warna,  tetapi polanya tetap sama. Secara umum kepribadian ada 4, yaitu :
1. Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2. Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Phlegmatis :  tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.
Di atas ini adalah teori yang klasik dan sekarang teori ini banyak sekali berkembang, dan masih banyak digunakan sebagai alat tes sampai pengukuran potensi manusia.

Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Nah dari ke 4 kepribadian tersebut, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan orang yang berbicara “kasar” dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi “iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan.
Tiap manusia tidak bisa memilih kepribadiannya, kepribadian sudah hadiah dari Tuhan sang pencipta saat manusia dilahirkan. Dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan social dan masing-masing pribadi.  Mudah ya, penjelasan ini.
Nah, karakter nya dimana? Saat tiap manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya dan memperbaiki kelemahannya dan memunculkan kebiasaan positif yang baru maka inilah yang disebut dengan karakter. Misalnya, seorang koleris murni tetapi sangat santun dalam menyampaikan pendapat dan instruksi kepada sesamanya, seorang yang sanguin mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus. Itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya).

Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus DIBANGUN dan DIKEMBANGKAN secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu PROSES yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari.
Banyak saya perhatikan bahwa orang-orang dengan karakter buruk cenderung mempersalahkan keadaan mereka. Mereka sering menyatakan bahwa cara mereka dibesarkan yang salah, kesulitan keuangan, perlakuan orang lain atau kondisi lainnya yang menjadikan mereka seperti sekarang ini. Memang benar bahwa dalam kehidupan, kita harus menghadapi banyak hal di luar kendali kita, namun karakter Anda tidaklah demikian. Karakter Anda selalu merupakan hasil pilihan Anda.
Ketahuilah bahwa Anda mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter, upayakanlah itu. Karakter, lebih dari apapun dan akan menjadikan Anda seorang pribadi yang memiliki nilai tambah. Karakter akan melindungi segala sesuatu yang Anda hargai dalam kehidupan ini.
Setiap orang bertanggung jawab atas karakternya. Anda memiliki KONTROL PENUH atas karakter Anda, artinya Anda tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakter Anda yang buruk karena Anda yang bertanggung jawab penuh. Mengembangkan karakter adalah TANGGUNG JAWAB pribadi Anda.

 dikutip dari
http://www.pendidikankarakter.com/peran-pendidikan-karakter-dalam-melengkapi-kepribadian/

Senin, 09 Juli 2012

Kajian Pendidikan- Akreditasi

MI Nurul Hidayah Posted

Perangkat Akreditasi

bagi teman-teman yang ingin mendapatkan instrumen akresitasi, terutama untuk perstandar maka bisa buka link Perangkat Akreditasi ini.  teman teman juga bisa mengetahui hasil atau nilai akhir dari akreditasi lembaga melalui Nilai Akreditasi Nasional.

Sekilas Tentang Akreditasi

Berdasarkan UU No.20 Th.2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No.19 Th.2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, akreditasi dilakukan oleh pemerintah dan lembaga mandiri yang diberi kewenangan oleh Pemerintah untuk melakukan akreditasi. Lembaga pelaksanaan akreditasi Pendidikan Non Formal yang dilakukan pemerintah dilaksanakan oleh BAN PNF (PP No.19 Th.2005 pasal 87 ayat 1c). BAN PNF bersifat independen, kegiatan akreditasi PNF bertujuan untuk memberikan asesmen/penilaian secara obyektif, transparan, dan berkelanjutan terhadap kelayakan suatu program dan satuan PNF berdasarkan atas kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

Sasaran akreditasi meliputi satuan pendidikan non formal yang terdiri atas; lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, dan pendidikan anak usia dini berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), serta satuan pendidikan yang sejenis dengan ruang program dalam kelembagaan PNF tersebut. Sasaran lainnya yaitu program sebagai ruang lingkup lembaga PNF yang terdiri atas; program pendidikan kecakapan hidup (life skills), program pendidikan kepemudaan (organisasi pemuda, kepramukaan, keolahragaan, palang merah, pelatihan, pecinta alam, kepemimpinan, dan kewirausahaan), program pendidikan pemberdayaan perempuan, program pendidikan kesetaraan (paket A, paket B, dan paket C), serta program pendidikan dan pelatihan kerja.

Pelaksanaan akreditasi dilakukan dengan evaluasi dokumen (desk evaluation), yaitu penilaian kelengkapan dokumen hasil evaluasi diri satuan dan program PNF setelah dokumen diterima dan diperiksa kelengkapannya oleh sekretariat BAN PNF dan dibuat laporannya. Selanjutnya visitasi, yaitu kegiatan kunjungan yang dilakukan tim asesor untuk meneliti kesesuaian dokumen/rekaman dengan kondisi yang ada di lapangan atau kesesuaian dengan standar.

Penentuan hasil evaluasi dokumen (desk evaluation & uadit dokument) dan hasil evaluasi lapangan menjadi bahan penentuan hasil akreditasi. Hasil akreditasi PNF ditentukan oleh rapat pleno BAN PNF atas dasar laporan asesmen/penilaian lapangan dari tim asesor, dinyatakan dengan sertifikat akreditasi yang dikeluarkan BAN PNF dan ditandatangani oleh Ketua BAN PNF. Sertifikat akreditasi memuat pernyataan hasil akreditasi satuan pendidikan dengan lingkup program tertentu yang dimintakan akreditasi dan spesifik.

Masa berlaku status akreditasi adalah 5 (lima) tahun dan setelah itu dapat mengajukan permohonan kembali untuk diakreditasi, sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa berlakunya status akreditasi. Jika status akreditasi sudah berakhir hingga 3 (tiga) bulan dan belum mengajukan permohonan diakreditasi lagi maka status akreditasinya dinyatakan berakhir. Namun apabila telah mengajukan permohonan diakreditasi, meskipun masa berlakunya sudah berakhir dan belum dilakukan proses akreditasi, maka status akreditasinya dinyatakan masih tetap berlaku. Bagi satuan PNF dan programnya yang tertunda akreditasinya karena telah melebihi batas waktu proses akreditasi yang disediakan (maksimal 1 tahun) belum juga melengkapi persyaratan yang ditentukan maka harus mengajukan permohonan ulang proses akreditasinya.

Kutipan :

PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN AKREDITASI PENDIDIKAN NON FORMAL TAHUN 2009


Bab II. Pelaksanaan Akreditasi

A. Pengertian Akreditasi PNF

Akreditasi adalah kegiatan penilaian terhadap kelayakan program dalam satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang bersifat terbuka (UU RI No. 20/2003).

B. Tujuan Akreditasi

Tujuan akreditasi PNF adalah untuk menentukan kelayakan program dalam satuan pendidikan non formal atas dasar Standar Nasional Pendidikan dengan kriteria yang bersifat terbuka.

C. Manfaat Akreditasi

Pelaksanaan akreditasi terhadap program dalam satuan PNF akan memberi manfaat, antara lain untuk :

1. meningkatkan mutu program dan satuan PNF;

2. memanfaatkan semua informasi hasil akreditasi sebagai umpan balik dalam upaya memberdayakan dan mengembangkan kinerja satuan PNF;

3. mendorong satuan PNF agar selalu berupaya meningkatkan mutu program dan lembaganya secara bertahap, terencana, dan kompetitif di tingkat kabupaten/kota, propinsi, regional, nasional, bahkan internasional;

4. memperoleh informasi dan data yang handal dan akurat dalam rangka pelaksanaan bantuan dan program PNF yang memperoleh dukungan dari pemerintah dan masyarakat.

D. Ruang Lingkup Akreditasi

Akreditasi PNF dilakukan pada sejumlah program dalam satuan PNF sesuai dengan UU No.20 Th.2003 yaitu : Pendidikan Kecakapan Hidup, Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Kepemudaan, Pendidikan Pemberdayaan Perempuan, Pendidikan Keaksaraan, Pendidikan Keterampilan dan Pelatihan Kerja, Pendidikan Kesetaraan, dan pendidikan lain yang ditukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Pelaksanaan program akreditasi PNF pada tahun 2009 adalah 1850 program dan satuan (lembaga) PNF yang tersebar di 20 provinsi. akreditasi dilakukan pada 3 satuan PNF (PKBM, PAUD, Lembaga Kursus), dan 14 program PNF (PAUD, Paket A, Paket B, Paket C, Kursus Akutansi, Kursus Komputer, Kursus Bahasa Inggris, Kursus Sekretaris, Tata Kecantikan Rambut, Tata Kecantikan Kulit, Tata Rias Pengantin, Kursus Menjahit, Kursus Otomotif, Kursus Akupuntur) yang memiliki ijin operasional penyelenggaraan PNF.

Sedangkan jumlah lokasi (provinsi) yang ditetapkan untuk pelaksanaan akreditasi PNF tahun 2009 adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, NTB, Yogyakarta, Bali, NTT, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Riau, dan Gorontalo. Target program PNF dan provinsi yang belum diagendakan untuk akreditasi pada tahun 2009 akan dilaksanakan pada tahun 2010.

E. Persyaratan Mengikuti Akreditasi

Setiap program dalam satuan PNF yang ingin diakreditasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Telah memiliki izin penyelenggaraan program PNF dari Depdiknas, sesuai dengan UU RI No. 30/2003 Pasal 62.

2. Telah melakukan kegiatan PNF minimal 1 tahun setelah mendapat izin Depdiknas.

3. Mengajukan permohonan untuk diakreditasi kepada BAN PNF.

F. Waktu Pelaksanaan

Akreditasi akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Oktober 2009.

G. Mekanisme Pelaksanaan Akreditasi

1. Persiapan

a. Sosialisasi pelaksanaan akreditasi melalui berbagai media publikasi dalam bentuk booklet, brosur, dan website ban-pnf : www.banpnf.net

b. Koordinasi dengan Balitbang Depdiknas dan direktorat Jenderal PNFI

c. Koordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi untuk pelaksanaan akreditasi di 20 provinsi.

d. Workshop dan pembekalan asesor untuk pelaksanaan akreditasi

2. Pelaksanaan

a. Permohonan akreditasi oleh lembaga PNF (Asesi) kepada BAN PNF.

b. Pengiriman surat jawaban disertai dengan lampiran instrumen akreditasi BAN PNF kepada lembaga PNF.

c. Penyelenggara PNF mengembalikan dokumen berupa instrumen yang sudah diisi dan disertai dengan lampiran-lampiran pendukung.

d. Pemeriksaan kelengkapan dokumen akreditasi oleh Sekretariat BAN PNF.

e. Pembekalan dan Penugasan Asesor untuk melakukan evaluasi dokumen dan visitasi ke lembaga PNF.

f. Pelaksanaan evaluasi dokumen dan visitasi oleh Asesor BAN PNF.

g. Pelaporan hasil visitasi oleh asesor kepada BAN PNF.

h. Evaluasi dan verifikasi hasil visitasi oleh selected Assesor.

i. Keputusan terhadap hasil akreditasi ditentukan oleh Rapat Pleno BAN PNF.

j. Pengumuman keputusan hasil akreditasi oleh BAN PNF.

k. Pemberian Sertifikat.

3. Rekomendasi dan Penyerahan Sertifikat

a. Pemberian Rekomendasi

1) Pemberian rekomendasi ditunda kepada lembaga/satuan PNF yang belum dinyatakan lulus dan memenuhi persyaratan akreditasi diberikan kesempatan untuk melakukan perbaikan dengan batas waktu maksimal 1 tahun sejak diberikan rekomendasi.

2) Apabila dalam waktu 1 tahun lembaga/satuan PNF tidak melakukan perbaikan, maka lembaga/satuan PNF dinyatakan tidak terakreditasi dan harus mengajukan permohonan akreditasi kembali.

b. Penyerahan Sertifikat Akreditasi

1) Kepada lembaga yang telah dinyatakan memenuhi persyaratan dan standar nasional pendidikan akan diberikan Sertifikat Terakreditasi oleh BAN PNF.

2) Masa berlaku akreditasi adalah 5 (lima) tahun. Sebelum masa berlaku berakhir, lembaga PNF harus mengajukan akreditasi kembali sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa berlakunya akreditasi.